Mengejar Sunrise di Puncak Gunung Rinjani
Di Puncak Rinjani (in frame : #gantenginagus) |
Napasku mulai terengah - engah. Langkah kakiku semakin lambat, lebih lama berhenti daripada melangkah. Berkali – kali terlintas pikiran untuk tidak melanjutkan perjalanan summit attack ke Puncak Rinjani. Beruntung, ada hembusan angin dingin yang membuatku terpacu untuk selalu melangkah dan bergerak agar tidak kedinginan. Sesekali menyemangati pikiranku sendiri dengan pitutur Jawa: alon-alon waton kelakon!
Sebagai salah satu puncak tertinggi di Pulau Lombok,
keindahan lanskap dari Puncak Rinjani tidak diragukan lagi. Danau Segara Anak
yang terletak di kaldera Gunung Rinjani terlihat sangat jelas. Airnya berwarna
biru dilengkapi pantulan awan tepat diatas. Di tepi danau, terdapat Gunung Baru
Jari berbentuk kerucut pasir tanpa tumbuhan. Berputar ke sisi lain, lanskap berupa
perbukitan dan gunung dengan kabut tipis terlihat menyejukkan hati. Di antara
gunung yang kita lihat dari puncak, salah satunya adalah Gunung Tambora di
Sumbawa dan Gunung Agung di Pulau Bali.
Silhoutte di Puncak Rinjani |
Danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari |
Puncak Rinjani ini dapat ditempuh dari Plawangan Sembalun
2639 mdpl selama 3-5 jam, tergantung kemampuan pendaki. Di pos terakhir sebelum
puncak ini, kami mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum summit attack yang
sangat menguji fisik dan mental. Jarak yang harus ditempuh dari pos ini sekitar
3,5 – 4 km dengan medan berpasir dan menanjak.
“Besok mau mulai muncak jam berapa?”
“Jam 1 pagi gimana?”
“Mau ngejar sunrise ga?”
“Oke, setting alarm jam 1 pagi ya”
Setelah kesepakatan menyalakan alarm jam 1 pagi, kami mulai
menyiapkan peralatan, pakaian, makanan dan minuman untuk pendakian. Barang
bawaan yang tidak diperlukan kami tinggal di tenda. Peralatan dan pakaian yang
disiapkan antara lain senter/headlamp, trekking pole, kupluk, outer jacket (windproof),
inner jacket (polar), masker, tas kecil, hot pack, sarung tangan dan gaiter.
Untuk makanan dan minuman, kami hanya membawa buah-buahan, biskuit, madu, roti dan 1L air/orang. Setelah selesai
menyiapkan, kami segera tidur.
“Ting tingting ting tingtingting”
Suara alarm membangunkan kami tepat jam 1 pagi. Kami beranjak
bangun, menyadarkan diri sebentar. Seorang teman membuatkan minuman hangat dan
indomie rebus untuk mengganjal perut sebelum muncak. Tepat pukul 02.30 WITA,
kami berkumpul untuk berdoa bersama dan segera ke puncak.
Trek awal pendakian berupa tanjakan berpasir yang dilengkapi
dengan pegangan besi yang sudah mulai
goyang. Perjalanan di awal ini cukup menguras tenaga karena medan berpasir yang
sangat lembut, sehingga sering merosot. Untuk menghemat tenaga, saya mengikuti
pijakan pendaki didepan, dan menggunakan
bantuan trekking pole. Saking
berkeringatnya, saya memutuskan untuk tidak memakai jaket di trek awal ini.
Setelah perjalanan sekitar 1 jam, terdapat bonus berupa tanah
padat yang datar dan cukup lebar. Di jalur ini, hembusan angin mulai terasa
dingin karena tidak ada penghalang sama sekali. Sebelah kanan dan kiri berupa tebing. Tebing sebelah kiri dihiasi
dengan tanaman edelweiss, sedangkan tebing sebelah kanan merupakan bibir
kaldera Danau Segara Anak.
Dinding kaldera Danau Segara Anak, Lombok |
Bentukan geomorfologi di jalur pendakian ke Puncak Gunung Rinjani |
Semakin ke atas, jalur
pendakian semakin menyempit dengan medan berpasir dan berkerikil. Di jalur ini,
suhu udara semakin rendah. Dinginnya luar biasa, ditambah fisik yang sudah
mulai lelah. Saking dinginnya, jari – jariku mulai terasa kaku membeku. Hot
pack yang saya pakai di pakaian tidak cukup membantu untuk menjaga suhu tubuh.
Rasa bimbang mulai menghantui, mau berhenti takut hipotermia, mau lanjut tapi
sudah lelah. Dalam hati, saya cuma bisa menyemangati diri saya sendiri. Alon –
alon waton kelakon! Sebelum melanjutkan perjalanan ke jalur selanjutnya, saya
memakai kembali jaket outer, lengkap dengan masker dan sarung tangan untuk mengembalikan
suhu tubuh saya.
Sekitar pukul 06.00 WITA, matahari mulai menampakkan dirinya. Sembari
beristirahat, kami menikmati sunrise di jalur yang curam. Mendekati 300 meter
ke puncak, jalur makin terasa berat dan melelahkan karena sangat curam. Jalur
ini biasa yang disebut dengan letter S. Puncak sudah tampak dekat dari jalur
ini, namun rasanya tidak sampai – sampai karena terlalu banyak berhenti mengatur
napas yang terengah – engah.
Sunrise di jalur pendakian ke Puncak Rinjani |
Sesampainya di puncak, saya langsung istirahat dulu sebentar,
sambil menikmati riuhnya Puncak Rinjani pagi itu. Rinjani membuatku lebih
bersyukur terlahir sebagai orang Indonesia untuk kesekian kalinya. Thankyou
Rinjani!
Istirahat dengan view Danau Segara Anak |
Akhirnya muncak! |
Best Regards,
Laurencia Lola Karlina
No comments:
Post a Comment