Laman Drop Down

Mengintip Bangunan Kuno di Lasem

 Menjelajahi bangunan - bangunan kuno 

bergaya arsitektur perpaduan Jawa, Cina, dan Kolonial

 

Dikenal sebagai Tiongkok Kecil,  Lasem memiliki banyak bangunan kuno bergaya Indis-Tiongkok-Jawa yang khas. Tidak heran, singgah dari satu bangunan ke bangunan kuno lainnya menjadi hal yang diminati traveller saat berpelancong ke Lasem. Beberapa spot menarik untuk dikunjungi antara lain Klenteng Cu An Kiong, Rumah Merah/Tiongkok Kecil Heritage, Rumah Oei, Klenteng Po An Bio dan Pondok Pesantren Kauman. Tidak hanya itu, masih banyak spot bangunan tua yang menarik lainnya di Lasem.

 
Lasem menyimpan banyak sejarah sejak dari masa Kerajaan Majapahit pada abad XIII hingga abad XIX. Semasa penjajahan Belanda, perkembangan penduduk Tionghoa di Lasem semakin meningkat dengan mata pencaharian utama sebagai pedagang. Hal uniknya, Lasem kala itu terkenal dengan perdagangan opium/candu dan juga batik oleh etnis Tionghoa. Dengan latar belakang sosial - ekonomi ini,  menyebabkan terjadinya akulturasi budaya yang bisa dilihat dari sisi arsitektural bangunannya.

Salah satu tujuanku ke Lasem adalah menikmati  bangunan kuno yang legendaris. Bangunan kuno bergaya Indis-Jawa-Cina di sini masih bisa ditemukan seperti di Kawasan Pecinan Karangturi dan Desa Soditan. Walaupun terkesan kuno dan tua, tapi terlihat eksotik dan menarik. Menurutku, lokasi paling menarik adalah kawasan Pecinan Karangturi. Menyusuri kawasan ini terasa vibes yang berbeda. Dinding-dinding kokoh berwarna putih menjadi pembatas di sepanjang jalan sebuah gang di Karangturi, dilengkapi dengan keunikan pintu regol (pintu kupu-kupu) dan atap gapura khas Tiongkok  memberikan warna untuk masing-masing rumah.

Beberapa ciri khas bangunan bergaya Indis-Jawa-Cina di Lasem antaralain:
- Gaya Kolonial/Indis bercirikan tembok/dinding yang tebal dan tinggi, pilar-pilar besar di teras, lampu gantung bergaya Eropa, bangunan terbuat dari bata tanpa semen, jendela besar dan lainnya.

- Gaya Tiongkok bercirikan model atap yang melengkung bak ekor burung walet atau yang disebut dengan model Ngang Shan, ornamen dan gambar flora - fauna khas Tiongkok (seperti singa, aksara Cina, gambar pohon bambu, teratai, peony, delima, ayam jantan, burung bangau), dan juga lay out antara pintu gerbang dengan pintu masuk rumah terletak dalam satu sumbu.

- Gaya Jawa bercirikan dari ornamen lung-lungan atau corak batik, dan juga penggunaan bahan kayu seperti rumah joglo.

 
Hal unik lainnya dari bangunan kuno di Lasem adalah lantai terakota dengan ukuran besar (sekitar 40 cm x 40 cm) yang menghiasi beranda rumah  dan struktur penyangga atap beranda  yang terbuat dari kayu dengan kontruksi kuda-kuda.

Struktur penyangga atap "kuda-kuda"


Jendela besar
Atap di atas regol

Identitas di regol


Yuk simak beberapa bangunan kuno menarik di Lasem :)

Klenteng Cu An Kiong
Klenteng yang terletak di Jalan Dasun No.19, Desa Soditan ini merupakan klenteng tertua di Lasem. Di sinyalir sudah dibangun sejak abad ke - 15. Walaupun begitu, bangunan khas daerah Cina bagian Selatan ini masih kokoh berdiri. Gapura depan dihiasi patung sepasang naga bermain bola mutiara sebagai lambang perlindungan dan keberuntungan. Bangunan utamanya memiliki  atap bak ekor burung walet, menjadi ciri khas Tiongkok pada mas Dinasti Qing. Pada tepian atapnya juga terdapat ornamen seperti unicorn/qilin, burung hong, pa kua, kura-kura dan liong, yang melambangkan kebajikan, keberuntungan, kebahagian, kedamaian, kekuatan, kehormatan dan perlindungan.

Bangunan utama klenteng ini dihiasi oleh aneka ragam ornamen khas Tiongkok seperti singa, gajah, bunga peony, bunga teratai, bunga krisan, dan plum. Ornamen-ornamen ini berupa patung, ukiran, dan gambar. Di alamnya terdapat altar Tian Shang Sheng Mu yang tidak dibuka untuk umum. Terunik, terdapat gambar/mural monokrom di dinding yang menggambarkan Kisah Mitologi Dewa-Dewa Taois karya Xu Zhonglin.
Klenteng Cu An Kiong

Ornamen gapura Klenteng Cu An Kiong

Lukisan di bangunan Klenteng Cu An Kiong


Mural monokrom di Klenteng Cu An Kiong

Salah satu detail mural monokrom

Ukiran dan pintu di Klenteng Cu An Kiong


Vihara Karuna Dharma
Terletak tidak jauh dari Klenteng Cu An Kiong, kami menuju ke Vihara Karuna Dharma (Theravada), tepatnya terletak di Jalan Dasun No 21.  Dulunya, bangunan ini merupakan rumah tinggal keluarga, namun akhirnya di hibahkan kepada yayasan untuk dijadikan Vihara Karuna Dharma. Berbeda dengan gaya arsitektural Klenteng Cu An Kiong, vihara ini bergaya Indis-Cina. Sebelum memasuki bangunan utama Vihara, terlihat kolom/pilar yang besar dan kokoh sebagai penyangga bangunan bagian depan - ciri khas arsitektur kolonial. Bangunan utamanya sangat khas dengan rumah kuno di Lasem.  Beranda depan cukup luas dengan atap beranda  menggunakan struktur kuda - kuda. Jendela bangunan utama besar dan disisi kanan - kiri beranda terdapat pintu samping dengan bentuk sisi atas setengah lingkaran. Di pintu utama vihara, terukir 4 aksara mandarin. Ada 2 karakter yang aku tahu artinya yaitu gunung dan laut. Di bagian dalamnya terdapat altar dengan patung Buddha di tengahnya. Melanjutkan masuk ke bagian dalam, terdapat altar sembahyang untuk leluhur pemilik bangunan ini, keluarga Ong Kiem Liang. Altarnya ditutupi dengan taplak batik khas Lasem.
Pilar besar dibangunan bagian depan

Sudut khas rumah di Lasem


Rumah Opa
Setelah makan siang, kami diajak oleh tour guide kami, mas Pop, untuk mengunjungi rumah Opa Lo. Rumah ini terletak di kawasan pecinan Karangturi Gang 4, Lasem. Rumah dengan luasan lebih dari 1000 meter ini dikelilingi oleh tembok besar berwarna putih yang dilengkapi dengan pintu regol - pintu kayu model kupu - kupu. Sebelum memasuki bangunan utama, terdapat halaman yang cukup luas. Bagian depannya mirip  seperti Vihara Karuna Dharma, terdapat beranda dengan lantai terakota yang konon di import dari Eropa. Bagian beranda ini terlihat sebagian besar strukturnya menggunakan kayu dengan warna hijau pupus.  Di sisi kanan - kiri pintu utama terdapat jendela besar, yang dilengkapi dengan lukisan bercorak khas peranakan Cina. Di samping kanan - kiri beranda juga terdapat pintu samping dengan bentuk yang sama dengan Vihara Karuna Dharma. Penyangga atapnya pun sama menggunakan struktur kuda - kuda khas Lasem.
 
Opa Gwan dan Mba Minuk di depan rumahnya
Sudut khas Lasem di rumah Opa
Gembok lawas


Tungku api
Sumur tua yang masih berfungsi

Tiongkok Kecil Heritage
Berada di kawasan pecinan Karangturi, Tiongkok Kecil Heritage menjadi salah satu spot favorit. Bangunannya yang bergaya Indis-Cina ini terlihat megah dengan fasilitas yang komplit, seperti penginapan, museum, tour lasem, pusat oleh - oleh dan restaurant. Ciri menonjol bangunan indis di Tiongkok Kecil adalah tembok - temboknya yang tinggi dan kokoh khas kolonial. Selain itu, adanya beranda depan yang cukup lebar dan juga lampu - lampu khas Italia yang menghiasi beranda di Omah Batik (pusat oleh - oleh). Sedangkan ornamental Tionghoa terlihat  dari patung - patung Dewa - Dewi, Liong, Lampion, ukiran kayu dengan tokoh - tokoh Tiongkok, karakter Hanzi dan corak warna merah. Bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 1800an.  Dulunya, rumah ini ditinggali oleh pengusaha roti, kemudian dialihfungsikan menjadi rumah  burung walet. Namun kini, rumah menjadi milik Pak Rudy Hartono yang dikelola menjadi Tiongkok Kecil Heritage. Untuk tau lebih lanjut tentang Tiongkok Kecil Heritage bisa baca postingan ini ya.
Homestay Tiongkok Kecil Heritage

Sumur tua di Tiongkok Kecil Heritage

Itu saja yang bisa aku eksplor dan ulas saat berlibur ke Lasem karena keterbatasan waktu. Sebenarnya masih banyak lokasi  dengan arsitektur unik dan menarik yang bisa dikunjungi seperti Ponbod Alfrustasyiah, Ponpes Kauman Lasem,  Klenteng Gie Yong Bio, Roemah Oei dan Lawang Ombo.

 
Klenteng Po An Bio
Pintu masuk Klenteng Po An Bio

Gang Karangturi

Pintu regol rumah di Karangturi
Perkakas kuno di Museum Nyah Lasem
Salah satu spot di Rumah Oei
Rumah Oei
Rumah Oei

Jadi gimana, tertarikkah berlibur  ke Lasem?

Baca juga:

 
Best Regards,
Lola Karlina

No comments: